Rabu, 13 Mei 2020

Bukan Cinta Sejati


 Sebesar apa pun cinta kepada seorang lelaki Bukan Cinta Sejati
Renungan : Sebesar apa pun cinta kepada seorang lelaki, kalau ternyata bukan jodoh, maka tak akan berlangsung usang cinta itu. Kisah demi cerita akan bergulir. Berganti satu persatu. Sesuai cerita cinta yang tengah terjadi pada suatu masa. Mungkin pada cerita ini perasaan begitu diliputi cinta yang membuncah.

Memikirkan hingga melayang di awan. Bahagia tiada tara hanya dengan membayangkan wajahnya. Bertemu dengannya sanggup membawa senyum hingga berhari-hari. Senyumnya selalu tergambar di angan-angan. Semua menjadi indah dengan cinta pada dia. Berharap dialah yang menjadi takdir jodoh. Bahkan mungkin telah yakin. Berdua bersama menuju ikatan suci. Tapi, kalau tak jodoh, hilang segala indah.

Untuk para akhwat atau muslimah yang sudah lebih paham dan baik akhlaknya, mereka lebih berhati-hati. Tidak akan terlibat pada korelasi tak terang dengan seorang lelaki. Hanya sanggup memendam perasaan. Memanajemen perasaan cinta. Tak akan sesumbar pada banyak orang. Namun, mereka tetap insan yang lemah oleh perasaan merah jambu itu. Tetap mencicipi desir halus dan percikan bahagia.

Kadang mereka merasa bahwa lelaki pujaan hatinya yaitu yang terbaik. Sungguh sholeh dan mendekati sempurna. Sholeh, tampan, pintar, baik, dan kaya. Aktivis dan bermanfaat untuk umat. Sangat tepat untuk menjadi pasangan hidup. Perasaan meluap. Kagum semakin merekah. Mereka diliputi dilema. Antara cinta fana dan cinta sejati. Mereka tak sadar dan mereka terbuai.

Hanya yang hatinya benar-benar telah terpaut oleh cintaNya lah yang sanggup sadar seutuhnya. Bahwa cerita cinta yang mereka alami tak akan berlangsung lama. Mungkin bertahun-tahun. Tapi tak akan berbelas tahun apalagi selamanya. Kecuali yang telah menjadi jodohnya. Mereka akan mengingat cerita cinta yang lalu. Perasaan yang sama pada lelaki berbeda yang mempunyai kriteria yang sama. Kisah itu telah berakhir. Perasaan akan hilang. Begitu juga dengan cerita ini, yang mereka rasakan dikala ini, pun akan berakhir dan hilang.

“Cintailah kekasihmu sedang-sedang saja, boleh jadi suatu hari yang engkau cintai itu menjadi orang yang paling engkau benci. Bencilah apa yang engkau benci, dengan sedang-sedang saja. Boleh jadi sesuatu yang engkau benci itu suatu hari akan menjadi apa yang paling engkau cintai.” (HR. Tirmidzi).

Para akhwat kekasih Allah akan selalu ingat pada hadist ini. Sehingga cinta tak membawa mereka pada berlebihan lagi melenakan.

Maka mereka tak akan resah dan berlebih lagi dalam mengagumi dan mencinta. Karena mereka sadar, cerita ini belum niscaya cerita cinta sesungguhnya untuk mereka. Mungkin hanya sebuah pembelajaran. Atau ujian. Dan mereka tak akan tergelincir atau terlena oleh cerita cinta yang palsu.

Mereka akan berfikir, “Jika dahulu saya begitu memikirkan dan mendambakan seseorang, kemudian saya melupakan sebab tak ada lagi rasa. Maka sekarang, perasaan ini pun akan lenyap ketika tahu ia bukan jodohku. Sekuat apa pun perasaanku padanya, kalau Allah tak menetapkan jodoh dengannya, maka tak akan bertahan usang di hatiku.”

Kemudian mereka tersenyum sembari berkata, “Allah, Engkaulah pemilik hati ini, yang tak mungkin membuatnya sakit. Kaprikornus saya tak akan tersiksa atau kesakitan ketika cinta menyapaku. Tidak akan berlebih merasakannya. Karena Engkaulah yang memberi cinta. Engkau yang mengatur cerita cintaku. Engkau yang menjaga hatiku…”

Indahnya ketika perempuan tak terbelenggu rasa. Tak disibukkan oleh cinta. Kehidupannya pun tak terpengaruh oleh cinta pada lelaki. Mereka bebas tanpa terikat oleh jerat asmara. Tidak ada impian yang berlebih. Perasaan yang meluap nan bergejolak. Sedih berkepanjangan ketika tak sanggup bertemu, ketika tak dikenal atau disapa, tak dekat. Tak berjodoh. Duhai, menderitanya perempuan menyerupai itu. Hidupnya terfokus pada satu lelaki, yang malangnya bukan jodohnya.

Namun bukan berarti cinta pada lelaki yaitu lebih banyak keburukannya. Harus diperangi. Bukan begitu. Seperti yang akhwat-akhwat katakan, atau ustadz-ustadzah sampaikan dalam ceramahnya, bahwa perasaan cinta yang melebihi cinta kepada Allah hanya akan membawa kesengsaraan.

Berlebihan namanya ketika selalu mengingat wajahnya disetiap waktu. Berlebihan juga ketika senang luar biasa ketika bertemu dengan lelaki pujaan hati. Sangat berlebihan mencinta kalau lebih mementingkan ia dibandingkan ibadah dan amal lainnya. Jadilah kesengsaraan atau penderitaan menghinggapi hidupnya. Selain itu sanggup marah Allah dan dosa.

Karena sudah terang dalam Al-Quran tertulis bahwa,“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-An’am [6] : 14)

Jangan pernah merasa lemah hanya oleh rasa cinta pada lelaki. Meskipun ia yaitu lelaki yang sangat mendekati sempurna. Yang sanggup membawa ke surga. Karena ia belum tentu jodoh. Bisa-bisa kita malah patah hati ketika ia menemukan dan bersama jodohnya.

Nasehat ini untuk kita, aku, yang masih lemah oleh rasa. Semoga tak akan berlebihan menikmati cinta fana. Semoga juga menyerupai para muslimah dan akhwat itu, dengan pikiran jernihnya.
“Dan katakanlah kepada perempuan beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nur [24]: 31).

Jika cinta ini bukan yang sebenarnya, maka cerita akan berakhir dan perasaan cinta yang berpengaruh akan menguap. Mereka tak takut susah melenyapkan rasa cinta. Karena mereka tahu dan yakin bahwa hati mereka milik Allah. Allah yang membolak-balik hati manusia. Jadi, mereka yakin bahwa rasa akan hilang… berganti cinta pada jodohnya. Mereka tak resah oleh rasa. Mereka tersenyum menyambut cinta dan tetap dalam batasan masuk akal yang disukai Allah.

Semoga kita, untuk yang kesusahan mengendalikan hati dan fikir sebab cinta, sanggup menyerupai para akhwat dan muslimah itu. Yang mempunyai keimanan dan ketakwaan berpengaruh dan besar. Tak akan tergoyahkan oleh cinta semu, mendekatkan hatinya kepada Allah. Semakin menyayangi dan dicintai Allah. Semoga kita semua bisa… menjaga hati, fikir dan diri hanya untuk Allah… Aamiin.

So, yang belum bertemu jodohnya, jangan duka ya , apalagi hingga larut dalam kegalauan. Ingatlah, bahwasannya rejeki dan jodoh itu sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Ketika kita sudah siap berdasarkan Allah, pastilah jodoh itu akan tiba dengan sendirinya dari jalan yang tidak pernah terpikirkan oleh kita sebelumnya. Kaprikornus bersabarlah. Saatnya untuk terus memantaskan diri dengan lebih mendekatkan diri pada Allah. Yakinlah bahwa Allah niscaya menawarkan yang terbaik.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar